Andris Warta
PENDAHULUAN
Navigasi adalah suatu teknik untuk menentukan kedudukan dan arah lintasan perjalanan secara tepat, atau navigasi adalah navigasi adalah suatu kegiatan mengontrol arah perjalanan baik di peta maupun di medan sebenarnya dengan tepat hingga sampai ke tujuan. Dalam arti yang lebih sempit, navigasi telah dikenal oleh bangsa-bangsa Aztec, Babylonia dan Bangsa Eskimo tua sejak 4500 tahun yang lalu.
Pada awalnya, istilah navigasi dipakai dalam pelayaran maupun penerbangan, namun dewasa ini telah umum dipakai dalam pengembaraan di gunung, rimba, sungai dan sebagainya. Orang yang bertanggung jawab dalam hal navigasi biasa disebut navigator.
Untuk dapat melakukan perjalanan di alam bebas kita hanya dibantu oleh peta, kompas dan kemampuan berorientasi yaitu usaha memperkirakan / menentukan tempat kedudukan setepat mungkin dengan cara mengamati, mempelajari, mengenali keadaan sekitar selama perjalanan dilakukan.
Menyadari betapa pentingnya ketiga hal diatas, maka timbul pepatah : “peta dan kompas serta kemampuan untuk menggunakannya merupakan tiket ke tempat manapun di alam bebas”.
PETA
Peta adalah gambaran sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang diproyeksikan ke dalam bidang datar dengan metode dan perbandingan tertentu.
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1 : 50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.

Peta berdasarkan isinya dibagi menjadi :
1. Peta Umum; yaitu peta yang memuat kenampakan-kenampakan umum, baik kenampakan fisis maupun kenampakan sosial ekonomi. Peta jenis ini meliputi :
Peta Topografi; yaitu peta yang berskala besar dan memuat keterangan yang umum.

Peta Chorografi; yaitu peta yang berskala sedang yang menggambarkan daerah yang luas, negara atau benua.
Peta Dunia; peta yang digambarkan dengan skala kecil dan meliputi seluruh dunia.
2. Peta Khusus / Thematik; yaitu peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan yang khusus. Peta ini meliputi antara lain : peta militer, peta bintang, peta triangulasi, peta pariwisata, dll.

Peta berdasarkan skalanya digolongkan menjadi :
a. Peta Kadaster
1 : 100 sampai 1 : 5.000
b. Peta berskala besar
1 : 5.000 sampai 1 : 250.000
c. Peta berskala sedang
1 : 250.000 sampai 1 : 500.000
d. Peta berskala kecil
1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000
e. Peta Geografi
1 : 1.000.000 ke atas






Bagian-bagian Peta :
1. Judul; menyatakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta yang bersangkutan, biasanya terdapat diatas.
2. Penerbit; menyatakan badan/lembaga yang menerbitkan/mengeluarkan peta.
3. Nomor; sebagai nomor registrasi dari badan pembuat peta, juga berguna sebagai petunjuk bila kita memerlukan peta daerah lain di sekitar daerah yang terpetakan.
4. Tahun; menyatakan waktu pembuatan peta, semakin baru tahun pembuatannya, maka data yang disajikan akan semakin akurat.
5. Legenda; yaitu keterangan singkat mengenai simbol/tanda yang tercantum dalam sebuah peta, dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.
6. Skala/Kedar; yaitu perbandingan jarak antara dua titik tertentu pada peta dengan jarak sebenarnya di lapangan. Untuk menyatakan skala peta ada 3 cara yaitu :
skala angka/fraksi: 1 : 50.000
skala verbal/perkataan: “satu sentimeter dibanding lima puluh ribu sentimeter”
7. Koordinat ; yaitu kedudukan suatu titik di peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :
a. Koordinat Geografis (Geographycal Coordinate)
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik.
Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3,7 cm. Pada peta skala 1 : 25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30”), dan pada peta skala 1 : 50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60”).
Contoh : 114°34’10” BT atau 05°15’17” LS
b. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM)
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan.Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (06° LU, 98° BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur.
Sistem koordinat grid mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi 10 bagian (per 1 mm).
8. Kontur; yaitu garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian sama dari permukaan laut atau garis bayangan/imajinasi dari rangkaian titik-titik di lapangan yang mempunyai nilai ketinggian/elevasi yang sama.
Karakteristik Garis Kontur Ketinggian :
1. Garis kontur ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
2. Garis kontur ketinggian tidak akan saling berpotongan dan tidak bercabang.
3. Garis kontur ketinggian merupakan kurva tertutup sehingga tidak akan ada yang terputus.
4. Garis kontur ketinggian pada daerah landai/datar akan tergambar renggang/berjauhan sebaliknya garis kontur di daerah curam/terjal akan tergambar rapat.
5. Garis kontur ketinggian yang ujungnya melengkung keluar menjauhi puncak berbentuk “U” menggambarkan punggungan.
6. Garis kontur ketinggian yang ujungnya melengkung kedalam mendekati puncak berbentuk “∩” menggambarkan lembah.
7. Garis kontur ketinggian untuk daerah yang cekung digambarkan garis berbulu.
8. Garis kontur ketinggian antara digambarkan dengan garis terputus-putus.
9. Perbedaan ketinggian antara dua garis kontur yang berurutan (interval kontur) merupakan bilangan tetap.
10. Interval kontur sama dengan skala peta dibagi 2000. Rumus ini tidak berlaku apabila peta tersebut telah di fotocopy perbesar atau perkecil. Jadi cara yang paling mudah mencari interval kontur adalah selisih antara dua indeks kontur yang berdekatan dibagi spasinya adalah harga interval kontur.

Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta kontur :
a. Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, terletak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.
b. Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak
c. Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.
d. Saddle (pelana kuda), daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
e. Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
f. Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
g. Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan diperlukan Kompas.
KOMPAS
Kompas adalah alat penunjuk arah. Kompas sendiri sudah dikenal sejak 900 tahun yang lalu terbukti dengan diketemukannya kompas kuno yang dipakai pejuang China sekitar tahun 1100 M.
Karena sifat kemagnetannya maka jarum kompas selalu menunjukkan arah utara dan selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lainnya selain magnet bumi). Arah yang ditunjuk oleh jarum kompas adalah kutub utara magnetis bumi yang letaknya tidak bertepatan dengan kutub utara bumi, kira-kira disebelah utara Kanada, di jazirah Boothia sekitar 1400 mil atau sekitar 2250 km. Tapi untuk keperluan praktis, utara peta, utara sebenarnya dan utara kompas/magnetis dianggap sama.
Menurut kegunaan dan fungsinya kompas dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :
Kompas Orientasi, yaitu jenis kompas yang digunakan untuk orientasi dalam suatu perjalanan (orientering). 

Kompas Bidik, yaitu kompas yang digunakan untuk membidik objek serta arah yang akan kita lalui. 
Kompas Geologi, yaitu kompas yang digunakan untuk menentukan arah serta kemiringan dalam pekerjaan geologi. 

Bagian –bagian kompas antara lain :
Badan/Body kompas yaitu tempat melekatnya komponen-komponen kompas.
Jarum Kompas yang selalu menunjuk arah utara-selatan pada posisi bagaimanapun (dengan syarat tidak dipengaruhi oleh medan magnet lain dan jarum tidak terhambat perputarannya.)
Skala kompas, menunjukkan pembagian derajat sistem mata angin.
Cara Penggunaan kompas :
Penggunaan kompas pada prinsipnya yang paling penting diperhatikan adalah kompas harus horozontal, maka pembacaan skala peta melalui garis fisir, sedangkan pada kompas orienteering (misal kompas silva) yang paling penting diperhatikan adalah Utara Kompas harus sejajar dengan Utara peta.
Faktor kesalahan pada sudut bacaan kompas
Penyebab dari kesalahan ini antara lain :
- Karena benturan dengan benda keras.
- Cairan yang terdapat dalam tabung kompas membeku (pengaruh waktau atau cuaca), sehingga jarum atau piringan kompas tidak bergerak bebas.
- Ada kesalahan indeks yaitu penunjuk indeks skala bacaan kompas tidak segaris lurus dengan garis penunjuk arah bacaan.
-Garis penunjuk arah bacaan tidak segaris lurus dengan pisir/garis rambut pembidik objek.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian kompas yaitu :
Jauhkanlah dari benda-benda yang mengandung unsur logam seperti golo/parang, pisau, gunting, victorinoks, dll
Jauhkan dari benda-benda elektronik seperti : TV, jam tangan, walkman, dll.
Sesama kompas dilarang saling berdekatan !!!!
TEKNIK PETA KOMPAS
Sebelum masuk pada teknik peta kompas yang perlu duketahui adalah Azimuth dan Back azimuth. Azimuth adalah sudut antara sasaran terhadap kutub magnetik bumi (sudut kompas) sedangkan Back Azimuth adalh kebalikan dari Azimuth. Cara praktisnya sebagai berikut :
Jika Azimuth < 180° maka Back Azimuthnya = Azimuth + 180°
Jika Azimuth >180° maka Back Azimuthnya = Azimuth - 180°
Untuk mempermudah melihat sudut pada peta dapat menggunakan protaktor (busur derajat)

Orientasi Peta
Orientasi Peta yaitu menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (menyamakan utara peta dengan utara kompas).
Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncak, sungai desa, dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda di peta adalah benar.
Cara-cara orientasi peta antara lain :
- Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
- Letakkan peta pada medan datar.
- Samakan utara peta dan utara kompas (peta yang diputar), dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang akan dihadapi.
- Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda-tanda tersebut dalam peta. Lakukan untuk beberapa tanda medan.
- Ingat tanda-tanda medan itu, bentuknya tempatnya di medan sebenarnya maupun di peta. Ingat hal-hal yang khas dari setiap benda medan (sifat-sifat garis kontur).
Menentukan titik awal perjalanan di peta merupakan hal yang penting. Di tengah perjalanan, seorang pendaki kerap tidak dapat memainkan teknik cross bearing karena faktor cuaca atau medan yang tidak memungkinkan melihat titik-titik orientasi. Bila demikian, membandingkan keadaan medan sekitar dengan kontur peta dan merunutnya dari titik awal perjalanan, kadang menjadi satu-satunya cara menentukan posisi. Dalam keadaan seperti itu, altimeter atau piranti penunjuk ketinggian sangat dibutuhkan.
Contoh altimeter:

Saat ini fungsi kompas dan altimeter dapat diganti dengan GPS (Global Positioning System)/piranti canggih menggunakan sinyal satelit). Dengan alat itu, pendaki dapat mengetahui kedudukannya dalam lintang dan bujur (koordinat) bumi. Pemakainya tinggal mencari besaran koordinat di peta. Bahkan GPS model mutakhir dapat menyimpan rekaman gambar peta melalui CD-Rom. Dengan begitu, pendaki bisa mengabaikan peta karena peta sekaligus tersaji di layar monitornya.

Resection
Resection adalah menentukan posisi kita di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Bila kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang punggungan, maka hanya perlu mencari satu tanda medan yang lainnya yang dibidik.
Langkah-langkah melakukan resection :
1. Lakukan orientasi peta.
2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah.
3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut.
4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik.
5. Pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita di peta.
Intersection
Intersection adalah menentukan posisi suatu titik pada peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan tanpa harus ke tempat tersebut.
Langkah-langkah melakukan Intersection adalah :
1. Lakukan orientasi peta.
2. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
3. Bidik obyek yang kita amati
4. Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
5. Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1 – 3.
6. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi yang dimaksud.
Menentukan Arah Tanpa Kompas
1. Dengan Tanda-Tanda Alam
- Kuburan Islam Menghadap Utara
- Mesjid menghadap kiblat, untuk Indonesia menghadap ke barat laut
- Bagian pohon yang berlumut tebal menunjukkan arah timur, karena sinar matahari yang belum terik pada pagi hari.
2. Dengan Jarum Jam Arloji
Jika berada di daerah sebelah utara Khatulistiwa, jarum jam diarahkan ke matahari, garis pembagi sudut antara jarum kecil tersebut dengan angka 12 menunjukkan arah utara. Jika berada di daerah sebelah selatan khatulistiwa, caranya sama, hanya yang didapat adalah arah selatan.
3. Dengan Rasi Perbintangan
Perhatikan rasi bintang Crux (Bintang Salib atau Gubuk Penceng). Perpanjangan garis diagonal yang memotong horizon dari tempat kita adalah Selatan.
Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proposional bentuk jalur lintasan jika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut pandangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkannya bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada, maka dibuatlah penampang lintasan
Berapa manfaat penampang lintasan :
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
2. Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan.
3. Dapat mengetahui titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu.
Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.
Langkah-langkah membuat penampang lintasan :
a. Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang diruncing , penggaris dan penghapus
b. Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan satuan mdpl (meter di atas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau diatasnya.
c. Tempatkan titik awal di sumbu x = 0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut. Lalu beda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang akan anda buat. Demikian seterusnya hingga titik terakhir.
d. Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik tersebut dihubungkan satu sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.
e. Tambahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama sungai, puncak, dan titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak/camp dan titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya.
            Penampang lintasan dapat dibuat secara sederhana di dalam program Microsoft Excel. Tetapi hasil yang didapat hanya berupa gambaran secara kasar dan tidak menunjukkan secara akurat  jarak yang ditempuh dibandingkan dengan menggunakan millimeter block. Hasil dari excel ini hanya menunjukkan kira-kira gambaran sudut keterjalan dari penampang lintasan yang dibuat.
Contoh:
H (height)
jarak antar kontur
jarak akumulatif
 1500
0
0
1525
1
1
1550
2
3
1575
3
6
1600
2
8
1575
3
11
1550
2
13
1575
4
17
1600
2
19
Catatan : informasi tentang vegetasi pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.
contoh repro peta Imogiri
 contoh peta jejak

Andris Warta
Prosedur pengambilan sampel tanah untuk pemeriksaan fisik:
1.       Melakukan pengambilan sampel tanah dengan menggunkan auger atau bor tangan dengan kedalaman 15-25 cm
2.       Melakukan pengambilan tanah yang ada pada auger atau bor tangan dengan menggunakan sekop kecil
3.       Memasukkan sampel tanah ke dalam plastic pliptop volume 2 kg
4.       Melakukan pengukuran suhu sampel tanah dengan menggunakan thermometer
5.       Melakukan pencatatan hasil pengukuran suhu
6.       Melakukan pengukuran kelembaban sampel tanah dengan menggunakan hygrometer
7.       Melakukan pencatatan hasil pengukuran kelembaban
8.       Melakukan pengukuran pH sampel tanah dengan menggunakan pH soiltester
9.       Melakukan pencatatan hasil pengukuran pH
10.   Melakukan pelabelan pada kemasan sampel dengan rincian
a.       Tanggal pengambilan sampel      :
b.      Lokasi pengambilan sampel         :
c.       Jenis sampel                                      :
d.      Jenis pemeriksaan                           :
e.      Nama petugas                                   :                               tanda tangan     :
Prosedur pengambilan sampel tanah untuk pemeriksaan kimia
1         Melakukan pengambilan sampel tanah dengan menggunkan auger atau bor tangan dengan kedalaman 15-25 cm
2         Melakukan pengambilan tanah yang ada pada auger atau bor tangan dengan menggunakan sekop kecil
3         Melakukan pelabelan pada kemasan sampel dengan rincian
a.       Tanggal pengambilan sampel      :
b.      Lokasi pengambilan sampel         :
c.       Jenis sampel                                       :
d.      Jenis pemeriksaan                           :
e.      Nama petugas                                   :                               tanda tangan     :
4         Memasukkan kemasan sampel yang sudah diberi label ke box sampel.

Prosedur pengambilan sampel tanah untuk pemeriksaan mikrobiologi
1         Melakukan pengambilan sampel tanah dengan menggunkan auger atau bor tangan dengan kedalaman 15-25 cm
2         Melakukan pengambilan tanah yang ada pada auger atau bor tangan dengan menggunakan sekop kecil
3         Melakukan pelabelan pada kemasan sampel dengan rincian
a.       Tanggal pengambilan sampel            :
b.      Lokasi pengambilan sampel               :
c.       Jenis sampel                                             :
d.      Jenis pemeriksaan                 :
e.      Nama petugas                                         :                               tanda tangan     :
4         Memasukkan kemasan sampel yang sudah diberi label ke box sampel.
Prosedur pemeriksaan cacing:
1.       Menimbang tanah sebanyak 2 g, memasukkan kedalam tabung sentrifuger 20 ml
2.       Menambah aquades 10 ml, mengaduknya dengan lidi hingga homogen
3.       Kemudian disentrifuse dengan kecepatan 2000rpm selama 2 menit, mengambil dan membuang cairan supernatant dengan hati-hati
4.       Ulangi 2-5 kali, sampai cairan supernatant jernih
5.       Tambahkan aquades ke dalam tabung sampai ¾ volume tabung
6.       Sentrifuse kembali dengan kecepatan 2000rpm selama 2 menit
7.       Mengambil tabung tersebut dan membuang cairan supernatannya
8.       Mengisi tabung dengan MgSO4 (bj:1,260) sebanyak ¾ volume tabung
9.       Mengaduk dengan lidi hingga homogeny
10.   Memutar lagi dengan sentrifuse dengan kecepatan 2500rpm selama 5 menit
11.   Mengambil tabung sentrifuse, menaruh pada rak yang tersedia
12.   Tambahkan larutan MgSO4 hingga mencapai permukaan tabung secara hati-hati
13.   Secara hati-hati menutup deck glass pada tabung sampai kontak dengan larutan MgSO4 dan menunggu selama 30 menit
14.   Memindah deck glass keatas sebuah obyek glass
15.   Memeriksa sediaan ini dibawah mikroskop dan mengidentifikasi telur cacing yang ada
Prosedur pemeriksaan jamur:
1.       Memasukkan tanah seberat 1 g kedalam tabung pengenceran 10-1 secara aseptis dan selanjutnya dilakukan pengenceran bertingkat sampai 10-8
2.       3 pengenceran terakhir diambil 1 ml untuk ditanam secara spreate plate ke media PDA yang ditambah Streptomycin atau Penisilin kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 5-7 hari
3.       Koloni akan tumbuh pada ketiga cawan tersebut, kemudian memilih koloni yang relative terpisah dari koloni lain yang mudah dikenali
4.       Koloni jamur yang tumbuh dimurnikan dan ditanam pada media PDA baru, inkubasi pada suhu ruang 5-7 hari
5.       Mengamati bentuk pertumbuhan jamur, warna dan koloninya
6.       Mengambil koloni dengan ose tumpul,memindahkan ke atas deck glass
7.       Menetesi 1-2 tetes aquades, kemudian ditutup dengan obyek glass
8.       Kemudian amati dibawah mikroskop
Prosedur pemeriksaan Pb
1.       Mengambil sampel tanah kimia sebanyak 2 g
2.       Masukkan ke dalam tabung reaksi
3.       Menambahkan aquades sebanyak 10 ml
4.       Mengaduk hingga homogen
5.       Tambahkan 2 tetes larutan KI
6.       Menunggu perubahan warna yang terjadi
7.       Bila berubah warna menjadi kuning, maka mengandung Pb
8.       Bila tidak terjadi perubahan warna, maka tidak mengandung Pb